Sebulan sudah
pascabanjir bandang menerjang dan meluluhlantakan Kota Manado. Ya, Rabu (15/1)
lalu, Kota Manado bagaikan kota yang ada di film...Banjir
menenggelamkan 70 persen kota ini. Infrastruktur hancur, listrik padam, korban
jiwa berjatuhan.....Ya saat itu, semua mata tertuju untuk Kota Manado....
Bantuan untuk
korban bencana banjir datang dari semua penjuru. Posko-posko didirikan untuk
membantu menyalurkan bantuan. Ada yang menyumbang pakaian, mie instan, makanan
yang sudah masak, selimut, obat-obatan, dan masih banyak lagi.
Semua media
memberitakan keberadaan Kota Manado yang lumpuh. Bahkan, Tribun Manado, tempat
saya bekerja, tetap terbit mengabarkan kondisi Kota Manado, sehari sesudah
banjir bandang menyerang. Ini pun menjadi berita nasional. Setiap kali rapat
budgeting redaksi, ada semacam kegelisahan dari kami kru Tribun Manado. Pemimpin
redaksi Mas Ribut Rahardjo, Om Dion selaku Manager Produksi, Korlip Bang
Charles, dan Wakorlip Bos Aswin, terus menyerukan bahwa ada hal yang harus kita
lakukan selain pemberitaan mengenai kondisi Kota Manado. “Sudahlah, kita sudah
memberitakan kondisi Manado yang hancur,berita sedih-sedih, bukannya kita tidak
berempati, tapi yang paling penting sekarang adalah bagaimana kita bisa bangun
dari keterpurukan akibat bencana,” ujar Om Dion dua hari pascabanjir bandang di
rapat budgeting redaksi.
Dari sekian
banyak bantuan, kami terus berpikir apa lagi yang harus dilakukan agar Kota
Manado segera pulih. Akhirnya, kami pun mendapatkan ide, bahwa saat ini yang
masyarakat butuhkan adalah sampah dan lumpur sisa banjir harus segera
dibersihkan. Ya, dari rapat budgeting sore itu, diputuskan Rabu (21/1) akan
dilakukan kerja bakti massal yang diberi nama Gerakan #Mari Jo Bangkit. Saya
mendapat tugas untuk membuat dan menyebarkan pesan berantai melalui BlackBerry
Messenger, Twitter, dan Facebook milik Tribun Manado. Agak bingung memilih
kata-kata yang pas. Akhirnya saya membuat dua model yang satu menggunakan
bahasa Indonesia sesuai dengan KBBI dan satunya lagi menggunakan bahasa Manado.
Pesan pun segera
dikirimkan...Tak sedikit yang menganggap kerja bakti massal ini adalah hal yang
gak masuk akal. Bahkan ada pesan balasan dari seseorang yang mengatakan bahwa
kerja bakti massal ini tidaklah efektif . Alasannya simpel banget, katanya
mengumpulkan orang dalam jumlah yang banyak hanya akan menyebabkan kemacetan
luar biasa. Tapi ternyata, selain ketidaksetujuan
itu, kegiatan ini mendapat sambutan yang luar biasa dan di luar perkiraan.
Awalnya, kami hanya menargetkan seluruh karyawan Tribun Manado ambil bagian
dalam kegiatan ini, tiba-tiba Pemred dihubungi oleh Kepala Rutan Kelas II A
Manado yang menyatakan ratusan warga binaan Rutan siap ikut ambil bagian untuk
bersih-bersih. Tak hanya mereka, beberapa pihak juga menyatakan siap membantu
kegiatan ini di antaranya PT Angkasa Pura, PT Garuda Indonesia Manado, Mega
Mas, dan dari mahasiswa FKIP UKIT. Tapi yang paling membanggakan adalah ketika
gubernur tergerak untuk melakukan hal yang sama. Ia mengumpulkan dan 6 ribu PNS
untuk kerja bakti massal.
Tibalah hari
yang ditentukan, tim kerja bakti dibagi untuk dua daerah yakni Malendeng dan
Dendengan Dalam. Kami pun segera berangkat ke lokasi kerja bakti. Kebetulan
saya ikut dengan kelompok Dendengan Dalam. Masker, sepatu
boots, sarung tangan sudah pada tempatnya. Begitu tiba di Dendengan Dalam
Lingkungan 1 atau yang lebih dikenal dengan Kampung Merdeka, astaga....tak
pernah terlintas dalam pikiran saya kenyataannya seperti ini. Sampah dan lumpur
bertumpuk membentuk gunung. Dalam hati berkata bagaimana orang-orang ini
melanjutkan hidup dengan sampah dan lumpur seperti ini, bagaimana juga keadaan
mereka saat banjir bandang itu menyerang.
Tak menunggu
lama, kami pun bergerak membersihkan tumpukan sampah dan lumpur. Hasilnya
lumayan, meski tak semua sampah dan lumpur bisa kami bersihkan dan angkut, tapi
setidaknya akses jalan sudah terbuka....Lelah kami terbayar ketika melihat
senyum korban banjir...Kata terima kasih pun mengalir dari mereka.....#MariJoBangkit