Empat tahun terakhir, bulan April seperti menjadi bulan menakutkan, bulan penuh pergumulan hidup, bulan penuh badai. Badai yang mengguncang hidup, bahkan terkadang menggoyahkan imanku dan mama.
Tahun 2011, awal badai itu dalam hidupku. 10 April 2011, saat Papa sakit. Sakit yang diderita Papa menguji keimananku dan mama. 12 hari Papa tak sadarkan diri, hingga akhirnya Papa dipanggil Tuhan untuk selama-lamanya. Bersama mama, kita melewati badai ini dengan aman dalam perlindungan Tuhan.
Tahun berikutnya, badai itu datang lagi di bulan yang sama. Ya, saat RENCANA BESAR dalam hidupku batal. Meski badai ini tak sebesar badai di tahun sebelumnya, tapi bisa membuatku terguncang. Badai itu ternyata berlanjut lagi di tahun berikutnya.
Di bulan yang sama, di bulan Apri, aku dan mama harus diperhadapkan dengan masalah keluarga. Secara manusia, ini membuatku tak mampu, tapi kala itu Mama selalu mengingatkanku bahwa tak ada masalah di dunia ini yang tak bisa diselesaikan, bersama Yesus pasti bisa.
April 2014, hmmm ini mungkin badai kedua terbesar dalam hidupku. Sakit yang diderita Mama kala itu, membuatku nyaris kehilangan Mama. Selama Mama sakit, mungkin ini adalah sakit yang paling parah. Selama satu bulan, harus bolak-balik rumah sakit melakukan pemeriksaan. Tuhan masih memberiku kesempatan agar bisa memanfaatkan waktu bersama mama.
Tahun ini, di akhir bulan Maret, sebelum tidur, Mama memanggilku. "Ade ini sudah akhir bulan Maret, sebentar lagi bulan April. Siap-siap lah De, badai apalagi yang akan kita hadapi. Tapi yakinlah, kalau kita berserah kepada Tuhan, maka sama seperti sebelum-sebelumnya kita pasti bisa melewati badai ini," ujar Mama.
Bulan April pun tiba, di awal bulan, Mama mengajakku berdoa. Masih kuingat dengan jelas, saat ia mengucap doa meminta perlindungan Tuhan di sepanjang bulan ini, bulan 'keramat' bagi kami berdua. "Kami percaya Tuhan, setiap badai pencobaan yang datang menerpa kami, akan membuat kami tegar, menjadi pribadi yang lebih dekat denganMU".
Ternyata hingga akhir bulan April, tak ada 'badai' itu dalam kehidupanku dan Mama. Saat itu Mama mengatakan, kali ini Tuhan sangat sayang pada kita berdua sehingga tak ada badai seperti tahun-tahun sebelumnya.
Ternyata, badai itu belum berlalu dari hidupku. 26 Mei 2015, kondisi Mama makin memburuk. Suhu tubuhnya sudah tak normal, tekanan darah tingginya juga mulai naik dari sebelumnya 90/60. Di ruang IRDM RS Prof Kandou, sejak siang tak sedetikpun Mama mau berpisah denganku, bahkan hanya untuk mengambil minum saja, ia tak mau. Sampai harus pindah ke ruang perawatan.
Di ruang Anggrek 2 Kamar 214, saat Mama mulai tak sadarkan diri, kaki ini mulai goyah, hati ini tak menentu. Takut? Iya, takut banget bahkan. Takut kondisi terburuk akan menimpa Mama. Ternyata, yang kutakutkan terjadi juga. Mama menghembuskan nafas terakhirnya di depanku. Dia tersenyum...senyum yang akan terus kuingat.
Ya Tuhan, ternyata badai itu hanya berpindah bulan. Badai yang biasanya ada di bulan April ternyata berpindah di bulan Mei. Kali ini aku menghadapinya sendiri tanpa Mama. Tapi aku yakin, badai ini pasti bisa kulalui....Semoga badai kali ini bisa membuatku semakin kuat.
BADAI ITU BERPINDAH BULAN MA....