Selasa, 20 Agustus 2013

Friendzone….Zona Keresahan




Fiendzone…hmmm mungkin bagi sebagian orang bingung apa sebenarnya friendzone ini. Saya pun demikian bingungnya. Di jejaring social Twitter lagi trend ngomongin soal Friendzone. Rasa penasaran dan insting jurnalis menuntun untuk mencari tahu apa sebenarnya Friendzone tersebut. Setelah Googling akhirnya ketemu artinya friendzone…

Friendzone (abangzone, Adikzone, dll) itu zona keresahan, ketika kamu diam-diam mencintai seseorang, tetapi masih saja terjebak dalam zona pertemanan yang nyaman. Perasaan ini kalo dipendam bisa menyiksa rasanya.(@newspletter, 2013).

Bagi kaum cewek, friendzone bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan menjadikan seorang cowok yang baik dan dapat diandalkan hanya sebagai teman, sementara kita lebih memilih jadian sama cowok yang sering bikin nangis, mengeluh berjam-jam ditelepon mengenai betapa di sekiling tidak ada kandidat cowok yang menarik untuk dijadikan pacar (I learning by watching n based on a true story hahahaha curcol deh jadinya). 


Sometimes, I think para cewek (termasuk saya) tidak mengerti saat memasukkan seorang  cowok ke friendzone secara tidak langsung hal ini menghilangkan potensi si cowok untuk jadi pacar atau secara tidak langsung mengatakan bahwa cowok itu tidak cukup oke untuk dipertimbangkan menjadi kandidat pacar.

Biasanya kata-kata favorit yang dikatakan untuk sang cowok yang kena friendzone seperti “Aku pengen deh someday punya cowok baik dan bisa diandalkan seperti kamu (tapi bukan kamu)”.  Saya pernah tanya ke seorang sahabat cowok (dia masuk friendzone aku gak sih?), kira-kira kalau dia dibilang kayak begitu tanggapannya bagaimana dan jawabannya adalah..... “Siapa sih cowok yang tak sebel kalau dijudge seperti itu?” (Oppss jangan-jangan)..

Bagi yang berada di friendzone ada lagi ungkapan yang paling sering diucapkan yaitu “Tapi teman kan lebih berharga daripada pacar”…. Honestly percaya gak percaya menurutku cowok dan cewek itu tidak bisa hanya menjadi teman (tapi tidak menutup kemungkinan loh). Belajar dari pengalaman, suatu hari di saat satu di antara kita memiliki pasangan atau bahkan berkeluarga, persahabatan bisa merenggang. Kalau gak percaya silahkan buktiin sendiri. Saya pernah mengalami hal tersebut, ketika persahabatan “sedikit renggang” saat mempunyai pasangan apalagi berkeluarga. 
Seorang teman yang sudah berkeluarga dan cukup senior pernah berkata terimalah kenyataan bahwa satu-satunya cara untuk tetap bisa bersama dengan seorang lawan jenis yang special di hati kita tuh hanyalah dengan menikahinya (hai…hai kamu yang pernah bilang hal ini ke saya pasti tertawa when u read this post wakakakkaka)

Sebagai seorang cewek, saya mengerti bahwa terkadang kita sering takut untuk jadian dengan sahabat cowok karena kita berpikir kalau suatu saat nanti hubungan ada masalah, ke mana harus mencari tempat bersandar ?(pake backsound Ratih Purwarsih keren nih hehehe). Beberapa teman cowok yang pernah masuk friendzone mengatakan alasan tersebut masih bisa diterima bagi sahabat cowo yang jomblo seumur hidup. Kalau suatu hari sang sahabat cowok dapat pacar, dia bakal sibuk sama pacarnya dan kita para cewek cuma jadi prioritas nomor sekian di hidupnya. Saat itu terjadi semua sudah terlambat, dan kadang dalam hati kita cuma bisa ngelus dada sambil menyadari. “He could've been the best i've ever had,...but oh, it's TOO LATE NOW !!!! (postingannya banyak curcol neeh :p)



Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan tentunya mempunyai resiko tersendiri. So, terserah kalian deh memilih melakukan apa terhadap sahabat lawan jenis kamu, apalagi setelah baca postingan ini. O..iya, ,postingan ini saya tulis dari sudut pandang saya sebagai seorang cewek yak… ^v^


Senin, 19 Agustus 2013

It's Okay

Nemu ini pas googling....(again)

It’s okay to be afraid. It’s how you recognize courage.

It’s okay to have doubts. It’s when you learn to have faith.

It’s okay to fall. It’s how you learn to rise.

It’s okay to be defeated. It’s where you learn how to win.

It’s okay to be in the dark. It’s how you see the flame.

It’s okay to make mistakes. It shows you the way to mastery.

It’s okay to get scars. They are Life’s medals of adventures.

And when you came out from trials and tribulations triumphant,

It is now your privilege and duty

To find a wounded soul, and tell him

“It’s okay….”

Selasa, 06 Agustus 2013

Berdoa Semoga Peroleh Status Pengungsi


Imigran gelap asal Myanmar saat buka puasa
foto by :Rizky Adriansyah
Ramadan menjadi bulan paling istimewa bagi umat muslim. Tak terkecuali bagi pari imigran yang berada di Rumah Detensi Imigrasi Manado. Mereka sejak hari pertama ramadan begitu khusuk menjalankan rukun Islam ini meski berada di balik tembok tinggi serta pengawalan dari pihak imigrasi.

Menunggu bedug adzan Maghrib, para imigran ini pun melakukan aktifitas seperti biasa. Ada yang memasak, ada yang hanya mengobrol, tapi ada juga yang melakukan pengajian. Bagi para imigran asal Myanmar, mereka biasanya melakukan pengajian sekitar pukul 16.00-18.00 Wita atau hingga saatnya buka puasa sedangkan untuk imigran asal Afganistan biasanya mengaji mulai pukul 23.00- 02 dini hari atau menjelang sahur. "Sudah ada empat orang yang khatam quran," kata Ustadz Mohamad Arif, imigran asal Myanmar.

Saat buka puasa, mereka berkumpul di masing-masing ruangan berdasarkan negara mereka.Di  ruangan milik satu kelompok imigran asal Myanmar, mereka duduk bersila mengelilingi masakan yang sudah dimasak oleh mereka sendiri. Sore itu, Senin (5/8) menu di ruangan ini berupa nasi yang dimasak dengan bumbu khas Myanmar, kurma, buah-buahan, dan juice. Rasa nasi tersebut mirip seperti nasi kuning di Indonesia. "Bumbu masakan di Myanmar dan Indonesia memang ada sedikit kemiripan," kata Syaifula, imigran asal etnis Rohingya.

Setelah buka puasa bersama, para imigran ini langsung bersia-siap untuk mengikuti salat berjemaah di musala yang sudah disiapkan oleh pihak rudenim. Di pimpin seorang ustadz mereka pun melaksanakan salat. "Kami selalu berdoa agar kami segera mendapatkan status pengungsi (refugee) dari UNHCR ," ujar Syaifula.

Bagi para imigran gelap yang berada di rudenim ini, mereka merasa lebih nyaman berada di tempat itu jika dibandingkan ketika mereka berada di negara asal mereka. Mereka mengakut tak perlu lagi dihantui rasa takut seperti ketika mereka masih berada di negaranya yang masih terjadi konflik. "Memang tidak senyaman berada di luar (rudenim) tapi setidaknya di sini kami masih bisa melakukan aktifitas seperti membaca Alquran dan salat berjamaah," tuturnya.

Syaifula yang sudah mahir berbahasa Indonesia ini, menjadi penerjemah bagi sesama deteni asal Myanmar. Pemuda 22 tahun yang sudah 1 tahun 3 bulan berada di rudenim Manado ini mengatakan, dirinya dan teman-teman sesama imigran merasa sedih jika harus mengingat saudara-saudara yang masih ada di negara mereka. "Terpisah jauh dari mereka, beda negara dan tak tahu kondisi mereka di sana seperti apa," tuturnya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Gholam Reza, imigran asal Afganistan. Dengan bahasa Inggris yang terbata-bata ia mengaku sangat kangen dengan anak laki-lakinya yang masih berada di Afganistan. "Inginnya mereka juga ikut sama-sama, tapi beresiko juga," tuturnya,

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Rudenim Manado Mohamad Suma mengatakan, selama bulan ramadan pihaknya tetap melakukan pengawasan dan pengawalan sesuai dengan standar operasi pelayanan. "Hanya beberapa orang yang kita beri sedikit kelonggaran karena mereka harus memasak makanan bagi deteni lainnya," tandasnya.(aro/riz)