Rabu, 31 Desember 2014

Bye...2014 (Curhatan Seorang galauers )

Tanpa terasa 365 hari sudah dilewati...dan di tahun ini, eits.. tunggu dulu, baru sadar ternyata selama tahun 2014 saya jarang posting di blog. Ya begitulah mungkin karena kesibukan, atau karena gak tau mau tulis apa hahahahaha.  Tadaaa..ini 'kaleidoskop' versi saya di tahun ini.

Niwei, tahun 2014 really really kind for me (halah sok ngenggres nih) tapi dukanya gak kalah juga. Wokeh mengawali tahun 2014 mendapat sukacita yang luar biasa entahlah sukacita itu datang dari mana, yang pasti optimis banget menghadapi tahun ini. Hingga di suatu hari di bulan Januari (entah minggu ke berapa, tanggal berapa, sudah lupa sih eh gak ding emang gak mau ingat) sebuah pesan datang di ponsel saya. Sebuah pesan yang bikin tangan saya bergetar waktu membacanya, nyaris ponsel hampir jatuh (kek adegan di sinetron gitu). Pesannya cukup singkat : saya mau nikah tahun ini, semoga kamu cepat menyusul...Seketika itu juga benteng move on yang sudah susah payah dibangun nyaris runtuh. Untungnya ini cepat berlalu bersama banjir bandang yang menerjang Sulawesi Utara yang juga menerjang rumah saya.

Bulan Februari, kehidupan saya sudah kembali seperti semula. Menjalani hari seperti biasanya sampai menyadari ternyata ada yang memberikan 'kode'. Sayangnya, saat saya menyadari kode yang dimaksud yang memberi 'kode' sudah gak lagi memberikan kode. Februari membuat kadar alay dalam diri ini semakin bertambah.  Kalau boleh dikata sih penyebabnya ya si pemberi kode (sampe sekarang pun masih alay gegara dia). Bulan Februari sangat menyenangkan, dapat bonus dari kantor plus SK Pengangkatan menjadi asisten redaktur. Tanggung jawab bertambah dan syukurlah gaji juga ikut bertambah. Bahagia ini terasa hingga di bulan April, keimanan (ceileh sok religi nih ceritanya) saya kembali diuji.
Oh God, menjalani bulan April itu berat banget. Nangisnya double, pertama karena di bulan ini Mama, sakit dan saya hampir saja kehilangan Mama untuk selama-lamanya. Untunglah Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kami sekeluarga untuk bersama lagi. Setiap hari harus bolak-balik rumah sakit demi kesembuhan mama. Gak tau lagi berapa banyak uang yang keluar demi kesembuhan mama. Askes membantu sih, tapi ribetnya itu, Ya Tuhan... saya sampai pernah hampir menangis di depan Poli Mata, gegara saya sudah antre 4 jam dan ternyata gak ada pelayanan di hari itu. Puji Tuhan, kesehatan mama semakin hari hingga hari ini semakin membaik. Nangis selanjutnya karena, di bulan ini teringat April tahun 2011, saat berpulangnya Papa ke rumah Tuhan untuk selama-lamanya. Ya, sampai saat ini saya masih suka mengingat saat-saat Papa sakit hingga akhirnya pergi untuk selamanya. Miss u so much dad....Di bulan ini juga harus menerima kenyataan kalau 'dia' menikah hahahahaha... drama banget deh kalau bulan April. Sampe bela-belain ngambil cuti, jalan-jalan hingga ke daerah lain.

Sakitnya Mama menjadi titik balik saya untuk berpikir dan menjalani hidup sehat. Ya, dari segi genetika, saya punya risiko 6 kali untuk mengalami sakit yang sama dengan mama. Ajakan sahabat saya Linvya untuk ngegym saya terima. Layaknya newbie di gym, sakit pasti dirasakan, lama kelamaan jadi biasa. Setiap hari pergi ke gym untuk latihan, mulai dari cardio, latihan beban, hingga aerobic, BL, dan Zumba. Ini berlangsung hingga enam bulan kemudian atau bulan Oktober. Hasilnya? Lumayan berat badan turun hampir 15 kilogram. Meski di Natal ini berat badan kembali bertambah. Benar juga kata orang, gak bakal jadi deh diet di bulan Desember.

Dipercayakan pimpinan untuk mengikuti 'sekolah' admin Social Media se grup Tribun dan Kompas Gramedia di bulan September membuat saya mengenal lebih banyak lagi teman-teman dari seluruh nusantara yang jadi admin social media. Ilmu yang didapat dibagikan untuk teman-teman di Manado. Hasilnya, website Tribun Manado bangkit dari keterpurukan.  Setiap hari terus berkembang hingga pernah menyentuh angka 170 ribu session. Wow sesuatu bingits. Sampai akhirnya saya pun harus fokus menangani social media dan meninggalkan versi cetak. Dan di dunia online, kealayan dan kegalauan saya meningkat signifikan hahahaha. Bisa dilihat kok dari status-status akun socmed official, atau postingan di blog.

Dua bulan jelang akhir tahun, atau tepatnya di bulan Oktober, mulai menyadari bahwa semakin hari umur semakin bertambah, alay boleh tapi harus pada tempatnya alias alay yang kreatif, yang menghasilkan sesuatu yang positif (kira-kira begitulah terjemahan saya). Buktinya semakin banyak meme yang dibuat, tentu saja mengikuti perkembangan yang ada. Oh iya, status-status alay bin galau di akun socmed saya sebenarnya itu cuma buat seru-seruan aja sih, kecuali ada beberapa yang memang curcol.

Bertambah satu tahun umur menjadi 30. Gak ada yang spesial di perayaan HUT ke-30, saya masih saja dengan kesendirian ini. Menikmati sendiri, no drama, no crying, no susying,  bodoh amat sama 'teror' orang yang seolah memaksa untuk cepat-cepat menikah karena sudah umur 30. Duh bahagianya seorang wanita tuh gak lagi diukur dengan menikah atau tidaknya dia, tapi ada banyak, misalnya karirnya semakin menanjak. Saya gak mau menikah hanya karena 'teror' orang-orang terdekat, keluarga, atau siapa saja yang kenal saya. Menikah karena emang sudah saatnya menikah dan sudah siap. Lah ini kenapa jadi ngomong soal menikah yah. Intinya November adalah bulan yang diberkati.

Di bulan Desember ini, hmmm apa ya . Terlalu banyak yang Tuhan buat untuk saya. Penyertaan dan berkat dari Tuhan tuh luar biasa. Hingga di penghujung akhir tahun ini. Kalau ditanya resolusi saya di tahun 2015, hmm saya juga bingung, karena masih ada rencana-rencana di 2014 yang belum dilaksanakan. 2015, berharap bisa hidup lebih sehat, agar bisa membahagiakan mama dan diri saya sendiri. And who knows, 2015 nanti menikah hahahahaha....

Bye 2014, and welcome 2015...be nice for me yak...

Minggu, 27 Juli 2014

Bakso Bakar Malang



Oke sebenarnya saya bukanlah seorang food bloger, tapi karena kecintaan saya terhadap dunia kuliner dan hobi menulis, saya mencoba untuk share some recommended good places (ceileh pake bahasa Inggris nyoeh hehehehe). Satu di antara good places itu adalah Bakso Bakar Malang.

Eits...namanya memang Bakso Bakar Malang, tapi bukan berarti harus jauh-jauh ke Kota Malang Jawa Timur (kehamalan diongkos hehehehe). Kios Bakso Bakar Malang ini berada di daerah Paniki Kecamatan Mapanget atau tepatnya di kawasan Pasar Tani Mapanget.  Kios ini terletak di pinggir jalan, ada papan nama yang dihiasi dengan logo messenger smartphone, jadi orang dengan mudah bisa menemukan kios ini.

Kios ini ukurannya tak besar, pemilik kios ini bahkan meletakan beberapa meja dan kursi di bagian luar. Memang sih karena letaknya di dekat jalan raya, maka kesan ribut tak bisa dipisahkan dari kios ini. Namun semuanya akan sirna oleh citarasa dari bakso ini. 

Sebenarnya, selain bakso bakar, di sini juga menyediakan menu yang lain, seperti bakso urat, dan bakso tenes. Kebetulan, yang saya pesan adalah bakso bakar. Bakso di kios ini dagingnya terasa, bumbu-bumbunya juga menyerap, sehingga rasanya sangat nikmat. Untuk satu porsi bakso bakar terdiri dari mie basah, kuah, lima bakso berukuran kecil, dan satu bakso berukuran besar yang di dalamnya ada telur satu butir, dan tak lupa satu pangsit goreng.
Awalnya saya mengira, yang dibakar itu adalah baksonya, tapi dugaan saya ternyata salah hehehehe. Begitu pesanan saya muncul, ternyata baksonya sama seperti bakso lainnya ketika kita makan mie bakso, yang dibakar adalah bumbu-bumbu untuk saos bakso tersebut yang rasanya seperti saos untuk sate. Perpaduan bakso dan bumbu ini sangat pas ditambah dengan kuah yang enak.

Soal harga, hmmmm so pasti murah untuk harga bakso di kios (jangan dibandingkan dengan mie bakso di abang-abang yak). Untuk satu porsi bakso bakar, hanya perlu mengeluarkan Rp 13 ribu (murah kan dibandingkan dengan bakso di kawasan bisnis hehhehehe).

Jadi...mau cari alternatif kios bakso, ya di Kios Bakso Bakar Malang saja...^^

Minggu, 23 Februari 2014

#Mari Jo Bangkit



 

Sebulan sudah pascabanjir bandang menerjang dan meluluhlantakan Kota Manado. Ya, Rabu (15/1) lalu, Kota Manado bagaikan kota yang ada di film...Banjir menenggelamkan 70 persen kota ini. Infrastruktur hancur, listrik padam, korban jiwa berjatuhan.....Ya saat itu, semua mata tertuju untuk Kota Manado.... 

Bantuan untuk korban bencana banjir datang dari semua penjuru. Posko-posko didirikan untuk membantu menyalurkan bantuan. Ada yang menyumbang pakaian, mie instan, makanan yang sudah masak, selimut, obat-obatan, dan masih banyak lagi.  

Semua media memberitakan keberadaan Kota Manado yang lumpuh. Bahkan, Tribun Manado, tempat saya bekerja, tetap terbit mengabarkan kondisi Kota Manado, sehari sesudah banjir bandang menyerang. Ini pun menjadi berita nasional. Setiap kali rapat budgeting redaksi, ada semacam kegelisahan dari kami kru Tribun Manado. Pemimpin redaksi Mas Ribut Rahardjo, Om Dion selaku Manager Produksi, Korlip Bang Charles, dan Wakorlip Bos Aswin, terus menyerukan bahwa ada hal yang harus kita lakukan selain pemberitaan mengenai kondisi Kota Manado. “Sudahlah, kita sudah memberitakan kondisi Manado yang hancur,berita sedih-sedih, bukannya kita tidak berempati, tapi yang paling penting sekarang adalah bagaimana kita bisa bangun dari keterpurukan akibat bencana,” ujar Om Dion dua hari pascabanjir bandang di rapat budgeting redaksi.

Dari sekian banyak bantuan, kami terus berpikir apa lagi yang harus dilakukan agar Kota Manado segera pulih. Akhirnya, kami pun mendapatkan ide, bahwa saat ini yang masyarakat butuhkan adalah sampah dan lumpur sisa banjir harus segera dibersihkan. Ya, dari rapat budgeting sore itu, diputuskan Rabu (21/1) akan dilakukan kerja bakti massal yang diberi nama Gerakan #Mari Jo Bangkit. Saya mendapat tugas untuk membuat dan menyebarkan pesan berantai melalui BlackBerry Messenger, Twitter, dan Facebook milik Tribun Manado. Agak bingung memilih kata-kata yang pas. Akhirnya saya membuat dua model yang satu menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan KBBI dan satunya lagi menggunakan bahasa Manado.

Pesan pun segera dikirimkan...Tak sedikit yang menganggap kerja bakti massal ini adalah hal yang gak masuk akal. Bahkan ada pesan balasan dari seseorang yang mengatakan bahwa kerja bakti massal ini tidaklah efektif . Alasannya simpel banget, katanya mengumpulkan orang dalam jumlah yang banyak hanya akan menyebabkan kemacetan luar biasa.  Tapi ternyata, selain ketidaksetujuan itu, kegiatan ini mendapat sambutan yang luar biasa dan di luar perkiraan. Awalnya, kami hanya menargetkan seluruh karyawan Tribun Manado ambil bagian dalam kegiatan ini, tiba-tiba Pemred dihubungi oleh Kepala Rutan Kelas II A Manado yang menyatakan ratusan warga binaan Rutan siap ikut ambil bagian untuk bersih-bersih. Tak hanya mereka, beberapa pihak juga menyatakan siap membantu kegiatan ini di antaranya PT Angkasa Pura, PT Garuda Indonesia Manado, Mega Mas, dan dari mahasiswa FKIP UKIT. Tapi yang paling membanggakan adalah ketika gubernur tergerak untuk melakukan hal yang sama. Ia mengumpulkan dan 6 ribu PNS untuk kerja bakti massal.

Tibalah hari yang ditentukan, tim kerja bakti dibagi untuk dua daerah yakni Malendeng dan Dendengan Dalam. Kami pun segera berangkat ke lokasi kerja bakti. Kebetulan saya ikut dengan kelompok Dendengan Dalam. Masker, sepatu boots, sarung tangan sudah pada tempatnya. Begitu tiba di Dendengan Dalam Lingkungan 1 atau yang lebih dikenal dengan Kampung Merdeka, astaga....tak pernah terlintas dalam pikiran saya kenyataannya seperti ini. Sampah dan lumpur bertumpuk membentuk gunung. Dalam hati berkata bagaimana orang-orang ini melanjutkan hidup dengan sampah dan lumpur seperti ini, bagaimana juga keadaan mereka saat banjir bandang itu menyerang. 

Tak menunggu lama, kami pun bergerak membersihkan tumpukan sampah dan lumpur. Hasilnya lumayan, meski tak semua sampah dan lumpur bisa kami bersihkan dan angkut, tapi setidaknya akses jalan sudah terbuka....Lelah kami terbayar ketika melihat senyum korban banjir...Kata terima kasih pun mengalir dari mereka.....#MariJoBangkit