Sabtu, 25 April 2015

Thanks God, They’re My Friends

Sebelumnya, pernah menulis tentang arti seorang sahabat.  Semua orang pasti punya sahabat. Ada yang baru setahun, belasan tahun, atau bahkan puluhan tahun. Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya...hahahahaha...agak lebay ya perumpanaannya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian. Aku pun ingin menulis mengenai mereka yang kusebut sahabat.

Abineno BM a.k.a Mougly

Cinta akan alam bebas dan jurnalisme membuat kami menjadi sahabat. Dia yang selalu mengajarkanku banyak hal yang tidak kuketahui, bukan hanya soal bagaimana survive di hutan , tapi bagaimana juga bertugas sebagai seorang jurnalis yang insting 'Peduli Lingkungan' harus tetap dijaga.

Mougly, aku lebih suka memanggilnya demikian, dia bukan hanya seorang sahabat, but he is my soulmate (boleh dikatakan begitu). Mougly, bukan hanya menjadi partner liputan, tapi juga sosok yang mampu mengimbangi imajinasi-imajinasi konyolku. Kadang apa yang kita bicarakan itu gak masuk diakal, tapi itu membuat kita bahagia. Gak ada yang tersembunyi di antara kita, bahkan sampai password jejaring sosialpun saling tahu (hahahaha belakangan password sosmedku sudah kuganti semua). 


Kata siapa kita gak pernah bertengkar...kita pernah bertengkar untuk hal konyol (IMHO). Sumpah kalau ingat kejadian itu kita suka tertawa karena menyadari betapa bodoh dan konyolnya kita hahahhaa orang-orang sekitar kita juga pasti akan sama pemikirannya dengan kita kalau ingat kejadian itu.Drama konyol banget pokoknya. Tapi dengan pertengkaran itu justru semakin dekat, dekat banget malah.


Mougly juga sangat dekat dengan keluargaku, bahkan Mamaku tuh sayang banget sama dia, begitu juga almarhum Papaku. Dia sahabat terbaikku, tak akan pernah tergantikan...

Lynvia Gunde a.k.a Vya (Miranda)
Aku mengenal Vya pertama kali saat balik dari Bitung dan ditugaskan di DPRD Sulut. Aku yang newbie sering banget bertanya ke Vya yang sudah bertahun-tahun bertugas di DPRD Sulut. Tapi aku gak terlalu dekat kala itu, sampai akhirnya karena dia juga dekat dengan Ginna maka kami pun semakin hari semakin dekat.

Kalau disuruh mendeskripsikan soal Vya gak akan cukup satu halaman, hahahaha. Bagiku Vya itu sosok wanita yang luar biasa. Smart woman, ya Vya itu cewek yang pintar, menguasai bahasa Inggris dan Mandarin, banyak membaca, gak pernah berhenti untuk mencari tahu. Kalau orang lain ke luar negeri, pasti minta oleh-oleh cindera mata, kalo Vya sih mintanya hanya dibawakan majalah atau koran lokal dari negara tersebut. Dibaca dan dikoleksi pula. Kalau gak percaya, cobalah main-main ke tempat kosnya dan lihat tumpukan buku, novel, majalah, atau koran koleksinya.


Vya, tempat aku berbagi cerita, apalagi soal percintaan. Maklumlah, usia Vya dan aku beda hampir 6 tahun, dia orangnya dewasa banget dalam pemikiran. Kalau dua sahabatku yang lain lagi sibuk, orang yang paling sering jalan denganku adalah Vya. Bahkan, Vya juga yang mengajakku untuk gym. Walhasil, berat badanku sempat turun 15 kilogram meski sekarang naik lagi...tengkyu ma bestie...xoxo

Ginna Presya (Angie)
Ginna another smart woman in my life. Hahaha pertama kali mengenalnnya saat sama-sama menjadi peserta pelatihan wartawan baru di Tribun Manado. Dia kala itu jadi 'bintang' di kelas kami, karena selain berparas cantik, orangnya baik dan pintar. Sama seperti orang-orang yang heran mengapa saya menjadi jurnalis padahal lulusan Biologi, begitu juga Ginna. Dia lulusan Fakultas Theologia yang 'jalannya' memang harus jadi Pendeta. Tapi karena berbagai alasan dia memilih jadi jurnalis sebelum memulai pelayanannya.

Karena dia lulusan Theologia, sudah pasti dari segi keagamaan dia lebih 'matang' dariku hehehe. Ginna sering menjadi 'pengingat' bagiku jika terkait soal agama.

Meski seorang pendeta, tapi dia bukan tipe orang yang tak gaul. Dia termasuk pendeta gaul di denominasi mayoritas di daerah ini.  Pergaulannya yang sangat luas membuat dirinya menjadi pendeta yang open minded.  Tak jarang pula kami sering berbuat konyol tapi masih dalam koridor yang wajar.


Karena orangtua kami berasal dari Nusa Utara, Ginna sering memanggilku dengan sebutan 'Kuko' dan sebaliknya aku memanggilnya dengan sebutan 'Wawu'.

Yuliana Ranti a.k.a Princess Nunun
Sama seperti Vya dan Ginna, Yuli juga mantan jurnalis. Bertemu dan menjadi sahabatnya sejak masih di Media Sulut. Nunun, kami sering memanggilnya demikian, karena sifatnya yang enerjik tapi kadang dia seperti orang yang lupa ingatan, sama seperti terdakwa koruspsi Nunun Nurbaeti. Hahahahah

Tapi Nunun contoh cewek mandiri. Selepas dari menjadi jurnalis, ia memilih menjadi PNS, mengabdikan dirinya bagi negara ini. Sisi idealis semasa menjadi jurnalis masih melekat di dirinya. Bahkan ia seperti 'memaksa' adiknya untuk menekuni jurnalis.


Nunun itu jago make up. Setiap ada undangan kawinan teman, kita gak perlu bingung cari make up artist, cukup Nunun saja. Alat make upnya komplit bingits. Nunun juga orang sangat detail. Segala sesuatunya harus perfect sesuai dengan keinginannya. Terkadang sifatnya ini membuat kami jengkel tapi saat ditegur, dia mau menerimanya.


Carol, Rhea, Heidy, Indry
Mereka adalah sahabat-sahabatku untuk bertumbuh bersama di dalam iman. Suka duka di dunia pelayanan dijalani bersama. Tiga di antara mereka sudah menikah, tinggal diriku dan Carol saja yang belum.Ya kami masih sibuk dengan karir ini, tanpa memusingkan apa kata orang soal jodoh atau pertanaan 'Kapan Nikah'. Kita mah sudah kebal ya Yoi...



Balo, Clief, Mario
Mereka adalah sahabat-sahabat yang bertemu karena profesi kita sebagai Jurnalis di Tribun Manado.


Bersama mereka berbagi suka, duka, sampai berbuat konyol. Hal yang paling sering kita lakukan adalah nonton, nyanyi bareng, pulang pagi (tapi sekarang sudah gak pernah) dan hal terkonyol adalah kebiasaan tidur di parkiran.



Gang Lebar
Gang lebar adalah teman-teman berukuran plus di kantor seperti Nando, Om Onal, Yudhi, Om Epen, Bagong, Fariz, hahaha cowok semua ya. Kalau sama mereka tuh, saling hujat, ketawa, tapi kadang kita juga membicarakan hal-hal yang serius (kalo ini pasti soal kerjaan :p).



Terima kasih Tuhan  buat mereka yang sudah membuat hidup ini semakin berwarna. Semoga saja persahabatan kita terus terjalin. Thanks God.

Kamis, 23 April 2015

Jenuh

Ini bukan judul lagu Rio Febrian "Jenuh" tapi ini kondisi saya saat ini.

Kalau kata orang Manado sekarang ini sedang dalam posisi 'PASTIU' . Orang mungkin melihat saya setiap hari selalu tersenyum, atau selalu ceria, tapi mereka gak tahu kalau sebenarnya saya jenuh dengan keadaan saat ini.

Keadaan mana? Jelas bukan kehidupan pribadi saya tapi ini soal pekerjaan. Akhir-akhir ini saya merasa seperti orang yang mati kreativitas. Ini yang menjadi penyebab kejenuhan saya.

Saya tak mampu lagi berpikir hal-hal yang luar biasa, bagi saya, apa yang dilakukan belakangan ini hanya sekadar rutinitas biasa.

Mungkin benar kata beberapa teman dekat, bahwa saya harus keluar sejenak dari KOTAK rutinitas saya ini. Ya, saya kangen berjumpa hutan, kangen berjumpa dengan KERUCUT hasil karya spektakuler dari Sang Pencipta ini, kangen bertemu sungai....

Sudahlah....semoga saja rasa ini secepatnya bisa hilang...

Selasa, 21 April 2015

#selamatHariKartini


Sejarah bangsa Indonesia mencatat bahwa setiap tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Ya, Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi wanita Indonesia. 

Sejak kecil kita diajarkan tentang bagaimana Kartini memperjuangkan kesetaraan perempuan. Sejak kecil pula kita sering melihat bahwa tiap peringatan Hut Kartini, perempuan-perempuan di Indonesia akan tampil sefeminin mungkin. Itu semua dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan Kartini. 

Pagi tadi, begitu membuka Twitter, #selamatHariKartini menjadi trending topik, artinya banyak banget yang ngetwit menggunakan hastag tersebut. Tak hanya di Twitter, tapi hampir di semua jejaring sosial mereka mengucapkan selamat Hari Kartini. Entah karena benar-benar paham tentang perjuangan Kartini atau hanya sekadar ikut-ikutan saja. 

Seberapa banyak generasi muda yang ingat dengan Kartini? Mungkin kalau ditanya sama ABG sekarang mereka lebih mengenal Nicky Minaj, atau Taylor Swift, Yoona SNSD, atau mungkin Syahrini yang setiap hari nongol di TV. 

Bagi saya pribadi, semangat dan ide cemerlang Kartini itu memang luar biasa dan pantaslah dia diakui sebagai pejuang emansipasi. 

Tapi, kita tahu bersama bahwa Kartini juga hanya manusia biasa. Kartini, harus mau dinikahkan dengan Bupati Rembang kala itu. Iya rela menjadi istri kesekian dari bupati tersebut. Inilah yang kadang membuat saya berpikir, kenapa seorang Kartini tak mampu melawan. Ia mampu melawan ketika harus dipingit. Harus tunduk kepada adat istiadat mungkin jadi alasannya.