Senin, 15 Agustus 2011
Mengapa Aku Harus Mengeluh?
Salibku tidak terlampau berat. Jalanku tidak terlalu sukar.
Karena Yesus, Gembalaku yang baik berjalan disisiku.Semuanya ini memadai bagiku.
Walaupun aku kesepian, aku tahu aku tidak sendiri , karena Yesus adalah Rajaku yang mengasihi aku sebagai milik-Nya.
Walaupun aku letih lesu dan menginginkan perlombaanku segera berlalu, Tuhan hanya akan mengakhirinya bila tugasku di dunia ini telah selesai.
Oleh sebab itu, biarlah aku berhenti mengeluh tentang “beban kekhawatiran”ku, karena Allah akan senantiasa meringankannya bila beban itu telah sedemikian berat untuk dipikul.
Namun, bila IA tidak mengangkat bebanku, IA akan memberikan kepadaku kekuatan untuk menanggungnya, karena Allah dalam kasih dan kemurahan-Nya senantiasa dekat dan siap menolongku.
Ya Tuhan, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukanya bagi kami. Yesaya 26:12
Gk tau siapa penulisnya...tpi tulisan ini sungguh keren ^^....tulisan ini memberiku kekuatan ketika Papaku dirawat di rumah sakit. Saat itu, semua upaya sudah ku kerahkan untuk menyembuhkan papa...jangan ditanya berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan...Saat itu, rasanya pengen mengeluh sama Tuhan..."Kayaknya Tuhan gak adil ya sama aku"....tapi untunglah aku menemukan tulisan ini....
Dan IA menjawab doaku dengan cara yang ajaib, yang tak pernah terpikirkan oleh akal sehatku...
Minggu, 14 Agustus 2011
Dreams Come True
Pernah dengar mottonya Agnez Monica yang Dream, Believe, and Make it happen? Yup...aku sudah mencobanya...Sejak kecil selalu bermimpi agar aku bisa menjadi seorang jurnalis. Saat masih kecil senang banget kalau lihat orang lagi membaca berita trus live report. Bukan hanya keren tapi sepertinya menantang. Waktu kecil aku punya news anchor favorit heheheheh ada Helmi Yohanes yang sekarang sudah di Voice America, terus ada Dana Iswara (dulu sering banget bawain Buletin Siang), Coreta Kapjos (the most news anchor on TVRI ), dan Desi Anwar (senior journalist Metro TV). Kalau lihat mereka tampil...mau apapun acaranya pasti langsung menghentikan kegiatan trus lihat mereka...hehehehehe..
Meniru gaya mereka saat membacakan or live report? So pasti dilakukan. Waktu kelas 6 SD, guru disekolah mengadakan lomba meniru pembaca berita. Langsung saja aku mendaftarkan diri. Waktu itu kasus yang paling hangat dibahas media adalah mengenai penyerangan Organisasi Papua Merdeka di beberapa daerah Papua. Beberapa teman membawakan berita soal selebrita dan bahkan ada yang membawakan berita olahraga, hanya diriku yang memberanikan diri membawakan berita tersebut. Mengikuti gaya openingnya Desi Anwar saat membawakan Seputar Indonesia, aku pun tampil di depan kelas....Tarraaaaaaa....berkat berita OPM aku bisa menang..Beberapa saat keinginan untuk menjadi seorang jurnalis terhenti karena terpengaruh dengan kondisi pergaulan. Aku kepingin menjadi seseorang yang sukses di dunia teater...Hmmm ternyata hasrat untuk menjadi seorang jurnalis itu gak bisa ditahan. Berbagai referensi soal jurnalis selalu menjadi sasaranku ketika masuk perpustakaan ataupun toko buku. Tahun 2004, rasa itu makin kuat.
Saat itu ada penerimaan menjadi announcer di sebuah radio anak muda di kota Manado. Memberanikan diri untuk melamar disitu, dalam hati berpikir siapa tau dari sini bisa menjadi batu loncatan. Ternyata saat itu aku gagal, tapi aku tak putus asa. Berbagai workshop jurnalis yang digelar Liputan 6 aku ikut, berbagai lomba pun aku ikuti, tapi memang belum beruntung hehehehehehehe....Dalam hati selalu ditanamkan bahwa "AKU HARUS MENJADI JURNALIS"...Tahun 2006 di gereja GBI Toar, ada teman yang ternyata seorang wartawan radio. Aku gak pernah tau kalo selama ini dia seorang wartawan. Hmm pikirku, wahhh kesempatan nih...aku bisa belajar banyak dari dia. Tapi saat itu pikiran teman² dekatku laen..Aku dan beberapa teman di pemuda berinisiatif untuk membuat buletin khusus pemuda. Awalnya hanya kami bertiga, temanku yang wartawan itu belum bergabung karena dia masih sibuk dengan pekerjaannya (yaa dan akhirnya kutahu betapa sibuknya kalau jadi wartawan hahahahaha)..
Dari sinilah aku mulai mengembangkan kemampuan menulis, kemampuan mewawancara orang hehehehehehe...saat melihat hasil karyaku, temanku yang wartawan itu ngomong kalau aku punya bakat, sayang kalo gak dikembangkan. Akupun jadi tambah bersemangat. Setiap hari selalu melihat koran lokal, mencari tahu teknik-teknik penulisan dari koran lokal tersebut dan apakah ada penerimaan menjadi wartawan. Sayang...untuk menjadi wartawan syaratnya haruslah Sarjana. Aku langsung bertekad untuk menyelesaikan sarjana...Februari 2008, koran paling tua di kota ini membuka lowongan menjadi seorang reporter. Kala itu, aku yang menjadi staf pengajar di Primagama mencoba memberanikan diri untuk mengirimkan lamaran ke redaksi koran tersebut. Ternyata aku dinyatakan lolos berkas dan harus mengikuti beberapa tes diantaranya tes tulisan dan tes kesehatan. Karena satu dan lain hal aku tak mengikuti tes kesehatannya. "Mungkin kali ini belum berjodoh" ucapku dalam hati.
Ya benar saja...selang dua bulan, sebuah media baru membuka lowongan untuk posisi yang sama. Aku mengirimkan lamaranku, sambil berharap semoga mendapat respon. Tiga hari kemudian, aku ditelpon untuk diinterview. Syukurlah interviewnya berjalan lancar. Rasa tidak percaya diri pun muncul. Bagaimana tidak, ratusan pelamar dan kebanyakan memiliki kenalan dengan media tersebut, atau mereka dari latar belakang jurnalistik. Empat hari sejak interview, ditelpon untuk mengikuti training sebagai wartawan....Yeah akhirnya....Dreams come true....Belajar banyak soal teknik-teknik penulisan dari para pemateri yang sudah berpengalaman, bahkan ada yang sudah lebih dari 15 tahun menggeluti profesi sebagai wartawan. Karena teknik penulisanku yang dianggap baik, aku ditugaskan untuk meliput aktifitas di seputaran Kejaksaan, Pengadilan....ya....dan akhirnya aku bergaul dengan yang namanya HUKUM. Hingga akhirnya karena alasan untuk mengembangkan karir, aku pindah dari media tersebut ke media yang memiliki brand lebih baik. Ya tentu saja, dengan management yang lebih baik pula. Di media yang baru, ternyata aku dikenalkan dengan gaya penulisan yang lebih baik lagi...
Ya....tiga tahun sudah aku bekerja sebagai seorang jurnalis di Tribun Manado...tetap belajar...belajar...belajar.....
So....jangan takut untuk bermimpi, percaya dan wujudkanlah mimpi itu....^^
Meniru gaya mereka saat membacakan or live report? So pasti dilakukan. Waktu kelas 6 SD, guru disekolah mengadakan lomba meniru pembaca berita. Langsung saja aku mendaftarkan diri. Waktu itu kasus yang paling hangat dibahas media adalah mengenai penyerangan Organisasi Papua Merdeka di beberapa daerah Papua. Beberapa teman membawakan berita soal selebrita dan bahkan ada yang membawakan berita olahraga, hanya diriku yang memberanikan diri membawakan berita tersebut. Mengikuti gaya openingnya Desi Anwar saat membawakan Seputar Indonesia, aku pun tampil di depan kelas....Tarraaaaaaa....berkat berita OPM aku bisa menang..Beberapa saat keinginan untuk menjadi seorang jurnalis terhenti karena terpengaruh dengan kondisi pergaulan. Aku kepingin menjadi seseorang yang sukses di dunia teater...Hmmm ternyata hasrat untuk menjadi seorang jurnalis itu gak bisa ditahan. Berbagai referensi soal jurnalis selalu menjadi sasaranku ketika masuk perpustakaan ataupun toko buku. Tahun 2004, rasa itu makin kuat.
Saat itu ada penerimaan menjadi announcer di sebuah radio anak muda di kota Manado. Memberanikan diri untuk melamar disitu, dalam hati berpikir siapa tau dari sini bisa menjadi batu loncatan. Ternyata saat itu aku gagal, tapi aku tak putus asa. Berbagai workshop jurnalis yang digelar Liputan 6 aku ikut, berbagai lomba pun aku ikuti, tapi memang belum beruntung hehehehehehehe....Dalam hati selalu ditanamkan bahwa "AKU HARUS MENJADI JURNALIS"...Tahun 2006 di gereja GBI Toar, ada teman yang ternyata seorang wartawan radio. Aku gak pernah tau kalo selama ini dia seorang wartawan. Hmm pikirku, wahhh kesempatan nih...aku bisa belajar banyak dari dia. Tapi saat itu pikiran teman² dekatku laen..Aku dan beberapa teman di pemuda berinisiatif untuk membuat buletin khusus pemuda. Awalnya hanya kami bertiga, temanku yang wartawan itu belum bergabung karena dia masih sibuk dengan pekerjaannya (yaa dan akhirnya kutahu betapa sibuknya kalau jadi wartawan hahahahaha)..
Dari sinilah aku mulai mengembangkan kemampuan menulis, kemampuan mewawancara orang hehehehehehe...saat melihat hasil karyaku, temanku yang wartawan itu ngomong kalau aku punya bakat, sayang kalo gak dikembangkan. Akupun jadi tambah bersemangat. Setiap hari selalu melihat koran lokal, mencari tahu teknik-teknik penulisan dari koran lokal tersebut dan apakah ada penerimaan menjadi wartawan. Sayang...untuk menjadi wartawan syaratnya haruslah Sarjana. Aku langsung bertekad untuk menyelesaikan sarjana...Februari 2008, koran paling tua di kota ini membuka lowongan menjadi seorang reporter. Kala itu, aku yang menjadi staf pengajar di Primagama mencoba memberanikan diri untuk mengirimkan lamaran ke redaksi koran tersebut. Ternyata aku dinyatakan lolos berkas dan harus mengikuti beberapa tes diantaranya tes tulisan dan tes kesehatan. Karena satu dan lain hal aku tak mengikuti tes kesehatannya. "Mungkin kali ini belum berjodoh" ucapku dalam hati.
Ya benar saja...selang dua bulan, sebuah media baru membuka lowongan untuk posisi yang sama. Aku mengirimkan lamaranku, sambil berharap semoga mendapat respon. Tiga hari kemudian, aku ditelpon untuk diinterview. Syukurlah interviewnya berjalan lancar. Rasa tidak percaya diri pun muncul. Bagaimana tidak, ratusan pelamar dan kebanyakan memiliki kenalan dengan media tersebut, atau mereka dari latar belakang jurnalistik. Empat hari sejak interview, ditelpon untuk mengikuti training sebagai wartawan....Yeah akhirnya....Dreams come true....Belajar banyak soal teknik-teknik penulisan dari para pemateri yang sudah berpengalaman, bahkan ada yang sudah lebih dari 15 tahun menggeluti profesi sebagai wartawan. Karena teknik penulisanku yang dianggap baik, aku ditugaskan untuk meliput aktifitas di seputaran Kejaksaan, Pengadilan....ya....dan akhirnya aku bergaul dengan yang namanya HUKUM. Hingga akhirnya karena alasan untuk mengembangkan karir, aku pindah dari media tersebut ke media yang memiliki brand lebih baik. Ya tentu saja, dengan management yang lebih baik pula. Di media yang baru, ternyata aku dikenalkan dengan gaya penulisan yang lebih baik lagi...
Ya....tiga tahun sudah aku bekerja sebagai seorang jurnalis di Tribun Manado...tetap belajar...belajar...belajar.....
So....jangan takut untuk bermimpi, percaya dan wujudkanlah mimpi itu....^^
Rabu, 10 Agustus 2011
The Art of Love
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBovJx9AdaOVwI0eDzn8LlPJ9bO8GdIJNoVGK9p8SNJX2A-K-wTOTCVn9EPcgDMWBtZNkIArFcshyphenhyphenWh26PnsKDek8MjOnEct3QdxzDBRfRY2JOmdtdxf9nXw9H93yyHZ5IJYWwioxGH5MJ/s320/love.jpg)
Ngomongin soal cinta,gak akan pernah ada abisnya. Yang namanya cinta ini sendiri banyak menciptakan comment2,juga gosip2. Kadang ada yang bilang kalo "love hurts",yang lain bilang love is beatiful thing,n some band sang the song "Too much love will kill you".
Tapi tetap yang namanya anak muda selalu mencari "where is the love". Unik banget ya,satu hal yang seringkali bikin kita bingung,tapi selalu kita cari-cari.
Well itulah yang disebut human nature. Naturenya manusia emang ingin dicintai, and that is so normal and its ok with that.
I believe that setiap hari,setiap waktu,setiap kejadian merupakan kesempatan buat kita belajar tentang hidup,tentang cinta. Since love become the greatest need and also the greatest problem in the world.,so kamu mesti tau seninya mencintai dan dicinta.
"Seni" merupakan hal yang paling sensasional yang pernah ada di muka bumi ini. You know what? Karena seni adalah ekspresi. Love has a face, and each face has an expression, and that expression is an ArT. So mari belajar soal The Art of Love supaya kita bisa mencintai dengan benar dan dicintai dengan benar. Its fascinating ! Love can move a mountain,love can walk on the water,love flows in every hearts, and change the world.
Perlu digaris bawahi,kalo cinta bukan cuma antar pasangan aja,tapi juga antar sahabat,sama parents kita,our brothers,sister,teachers,sama orang-orang di luar sana yang membutuhkan, and actually its for everybodi.
So, while you reading this,jangan cuma fokus ama pacar loe,tapi juga sama orang-orang di sekeliling loe....
Selasa, 09 Agustus 2011
Anjing dan Kita
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio7vZAHioFp1yvBS75WIT2N1-7MWbbNrE3hBMORdkgdWBjD0eheo1GlW8Hd89T2lWSh5ToDEmgwYC5g2xXwWDYluHQdbUmNzQQ5bEujmrfVSCcS6oR3TAB-DFWq0lsoEC1GSU3X4UgvI61/s320/anjing.jpg)
Ini sebenarnya catatan teman baikku Mougly BM...tapi aku suka sama tulisan ini..emang terjadi di sekitar kita loh....
Anjing dan Kita
Kita kadangkala melontarkan nama binatang ini ketika “tensi darah naik”,
Bahkan tak jarang kita mengumpamakan seseorang dengan binatang yang dianggap paling hina dan diharamkan ini ….
Namun sadarkah kita, dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap maupun berinteraksi kita tidak lebih dari binatang ini,
Mulai dari mengendus, menjilat hingga menggonggong kerap kali kita lakoni untuk biasa bertahan hidup
Di dunia Politik sikap ini sudah menjadi hal yang lumrah dan mungkin harus dilakukan, malah menurut saya bukan hanya mengendus, menjilat dan menggonggong yang harus dilakukan namun saling gigit menggigit juga harus dipraktekkan layaknya anjing menggigit tulang atau memperebutkan sesuatu
Bukan hanya dalam dunia Politik, dalam roda pemerintahan sikap dan prilaku anjing harus diperagakan jika ingin mendapat posisi yang strategis,
Jadi sudah menjadi hal yang lumrah jika di tatanan birokrat ada sejumlah pejabat yang setiap hari mengendus mencari tahu situasi dan perkembangan, setelah mengetahui arah dan sasaran maka jilat menjilat dimulai layaknya anjing menjilat majikannya untuk mendapatkan belaian atau pujian kendati hasil kerja tidak sesuai dengan lembutnya atau halusnya jilatan….
Itu mengendus dan menjilat. Sedangkan menggonggong juga menjadi hal yang lumrah, dimana kita tidak akan berhenti berteriak dan berkoar-koar sebelum apa yang kita inginkan tercapai, jika perlu suara semakin ditinggikan bahkan tidak menutup kemungkinan media publikasi dimanfaatkan agar lolongan semakin tersebar….
Namun setelah jabatan atau apa yang dicita-citakan terwujud. Gonggongan akan hilang dengan sendirinya dan mulai menikmati hasil dari yang katanya “jerih payah” walau hanya sesaat, dan ketika semua dirasa habis maka lolongan akan kembali terdengar.
Untuk itu jika kita ingin sukses dalam meniti karir alangkah lebih baik belajar kepada anjing dan mempraktekkan segala tingkah lakunya. Jadi kita dengan anjing tidak jauh beda….sama-sama mengendus, menjilat, menggonggong serta menggigit dalam bertahan hidup…..
mungkin yang membedakan hanya wujud saja, namun dalam bersikap kerap kali kita tidak lebih dari binatang...Anjing...
Kita kadangkala melontarkan nama binatang ini ketika “tensi darah naik”,
Bahkan tak jarang kita mengumpamakan seseorang dengan binatang yang dianggap paling hina dan diharamkan ini ….
Namun sadarkah kita, dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap maupun berinteraksi kita tidak lebih dari binatang ini,
Mulai dari mengendus, menjilat hingga menggonggong kerap kali kita lakoni untuk biasa bertahan hidup
Di dunia Politik sikap ini sudah menjadi hal yang lumrah dan mungkin harus dilakukan, malah menurut saya bukan hanya mengendus, menjilat dan menggonggong yang harus dilakukan namun saling gigit menggigit juga harus dipraktekkan layaknya anjing menggigit tulang atau memperebutkan sesuatu
Bukan hanya dalam dunia Politik, dalam roda pemerintahan sikap dan prilaku anjing harus diperagakan jika ingin mendapat posisi yang strategis,
Jadi sudah menjadi hal yang lumrah jika di tatanan birokrat ada sejumlah pejabat yang setiap hari mengendus mencari tahu situasi dan perkembangan, setelah mengetahui arah dan sasaran maka jilat menjilat dimulai layaknya anjing menjilat majikannya untuk mendapatkan belaian atau pujian kendati hasil kerja tidak sesuai dengan lembutnya atau halusnya jilatan….
Itu mengendus dan menjilat. Sedangkan menggonggong juga menjadi hal yang lumrah, dimana kita tidak akan berhenti berteriak dan berkoar-koar sebelum apa yang kita inginkan tercapai, jika perlu suara semakin ditinggikan bahkan tidak menutup kemungkinan media publikasi dimanfaatkan agar lolongan semakin tersebar….
Namun setelah jabatan atau apa yang dicita-citakan terwujud. Gonggongan akan hilang dengan sendirinya dan mulai menikmati hasil dari yang katanya “jerih payah” walau hanya sesaat, dan ketika semua dirasa habis maka lolongan akan kembali terdengar.
Untuk itu jika kita ingin sukses dalam meniti karir alangkah lebih baik belajar kepada anjing dan mempraktekkan segala tingkah lakunya. Jadi kita dengan anjing tidak jauh beda….sama-sama mengendus, menjilat, menggonggong serta menggigit dalam bertahan hidup…..
mungkin yang membedakan hanya wujud saja, namun dalam bersikap kerap kali kita tidak lebih dari binatang...Anjing...
Langganan:
Postingan (Atom)