Pernah dengar mottonya Agnez Monica yang Dream, Believe, and Make it happen? Yup...aku sudah mencobanya...Sejak kecil selalu bermimpi agar aku bisa menjadi seorang jurnalis. Saat masih kecil senang banget kalau lihat orang lagi membaca berita trus live report. Bukan hanya keren tapi sepertinya menantang. Waktu kecil aku punya news anchor favorit heheheheh ada Helmi Yohanes yang sekarang sudah di Voice America, terus ada Dana Iswara (dulu sering banget bawain Buletin Siang), Coreta Kapjos (the most news anchor on TVRI ), dan Desi Anwar (senior journalist Metro TV). Kalau lihat mereka tampil...mau apapun acaranya pasti langsung menghentikan kegiatan trus lihat mereka...hehehehehe..
Meniru gaya mereka saat membacakan or live report? So pasti dilakukan. Waktu kelas 6 SD, guru disekolah mengadakan lomba meniru pembaca berita. Langsung saja aku mendaftarkan diri. Waktu itu kasus yang paling hangat dibahas media adalah mengenai penyerangan Organisasi Papua Merdeka di beberapa daerah Papua. Beberapa teman membawakan berita soal selebrita dan bahkan ada yang membawakan berita olahraga, hanya diriku yang memberanikan diri membawakan berita tersebut. Mengikuti gaya openingnya Desi Anwar saat membawakan Seputar Indonesia, aku pun tampil di depan kelas....Tarraaaaaaa....berkat berita OPM aku bisa menang..Beberapa saat keinginan untuk menjadi seorang jurnalis terhenti karena terpengaruh dengan kondisi pergaulan. Aku kepingin menjadi seseorang yang sukses di dunia teater...Hmmm ternyata hasrat untuk menjadi seorang jurnalis itu gak bisa ditahan. Berbagai referensi soal jurnalis selalu menjadi sasaranku ketika masuk perpustakaan ataupun toko buku. Tahun 2004, rasa itu makin kuat.
Saat itu ada penerimaan menjadi announcer di sebuah radio anak muda di kota Manado. Memberanikan diri untuk melamar disitu, dalam hati berpikir siapa tau dari sini bisa menjadi batu loncatan. Ternyata saat itu aku gagal, tapi aku tak putus asa. Berbagai workshop jurnalis yang digelar Liputan 6 aku ikut, berbagai lomba pun aku ikuti, tapi memang belum beruntung hehehehehehehe....Dalam hati selalu ditanamkan bahwa "AKU HARUS MENJADI JURNALIS"...Tahun 2006 di gereja GBI Toar, ada teman yang ternyata seorang wartawan radio. Aku gak pernah tau kalo selama ini dia seorang wartawan. Hmm pikirku, wahhh kesempatan nih...aku bisa belajar banyak dari dia. Tapi saat itu pikiran teman² dekatku laen..Aku dan beberapa teman di pemuda berinisiatif untuk membuat buletin khusus pemuda. Awalnya hanya kami bertiga, temanku yang wartawan itu belum bergabung karena dia masih sibuk dengan pekerjaannya (yaa dan akhirnya kutahu betapa sibuknya kalau jadi wartawan hahahahaha)..
Dari sinilah aku mulai mengembangkan kemampuan menulis, kemampuan mewawancara orang hehehehehehe...saat melihat hasil karyaku, temanku yang wartawan itu ngomong kalau aku punya bakat, sayang kalo gak dikembangkan. Akupun jadi tambah bersemangat. Setiap hari selalu melihat koran lokal, mencari tahu teknik-teknik penulisan dari koran lokal tersebut dan apakah ada penerimaan menjadi wartawan. Sayang...untuk menjadi wartawan syaratnya haruslah Sarjana. Aku langsung bertekad untuk menyelesaikan sarjana...Februari 2008, koran paling tua di kota ini membuka lowongan menjadi seorang reporter. Kala itu, aku yang menjadi staf pengajar di Primagama mencoba memberanikan diri untuk mengirimkan lamaran ke redaksi koran tersebut. Ternyata aku dinyatakan lolos berkas dan harus mengikuti beberapa tes diantaranya tes tulisan dan tes kesehatan. Karena satu dan lain hal aku tak mengikuti tes kesehatannya. "Mungkin kali ini belum berjodoh" ucapku dalam hati.
Ya benar saja...selang dua bulan, sebuah media baru membuka lowongan untuk posisi yang sama. Aku mengirimkan lamaranku, sambil berharap semoga mendapat respon. Tiga hari kemudian, aku ditelpon untuk diinterview. Syukurlah interviewnya berjalan lancar. Rasa tidak percaya diri pun muncul. Bagaimana tidak, ratusan pelamar dan kebanyakan memiliki kenalan dengan media tersebut, atau mereka dari latar belakang jurnalistik. Empat hari sejak interview, ditelpon untuk mengikuti training sebagai wartawan....Yeah akhirnya....Dreams come true....Belajar banyak soal teknik-teknik penulisan dari para pemateri yang sudah berpengalaman, bahkan ada yang sudah lebih dari 15 tahun menggeluti profesi sebagai wartawan. Karena teknik penulisanku yang dianggap baik, aku ditugaskan untuk meliput aktifitas di seputaran Kejaksaan, Pengadilan....ya....dan akhirnya aku bergaul dengan yang namanya HUKUM. Hingga akhirnya karena alasan untuk mengembangkan karir, aku pindah dari media tersebut ke media yang memiliki brand lebih baik. Ya tentu saja, dengan management yang lebih baik pula. Di media yang baru, ternyata aku dikenalkan dengan gaya penulisan yang lebih baik lagi...
Ya....tiga tahun sudah aku bekerja sebagai seorang jurnalis di Tribun Manado...tetap belajar...belajar...belajar.....
So....jangan takut untuk bermimpi, percaya dan wujudkanlah mimpi itu....^^
Meniru gaya mereka saat membacakan or live report? So pasti dilakukan. Waktu kelas 6 SD, guru disekolah mengadakan lomba meniru pembaca berita. Langsung saja aku mendaftarkan diri. Waktu itu kasus yang paling hangat dibahas media adalah mengenai penyerangan Organisasi Papua Merdeka di beberapa daerah Papua. Beberapa teman membawakan berita soal selebrita dan bahkan ada yang membawakan berita olahraga, hanya diriku yang memberanikan diri membawakan berita tersebut. Mengikuti gaya openingnya Desi Anwar saat membawakan Seputar Indonesia, aku pun tampil di depan kelas....Tarraaaaaaa....berkat berita OPM aku bisa menang..Beberapa saat keinginan untuk menjadi seorang jurnalis terhenti karena terpengaruh dengan kondisi pergaulan. Aku kepingin menjadi seseorang yang sukses di dunia teater...Hmmm ternyata hasrat untuk menjadi seorang jurnalis itu gak bisa ditahan. Berbagai referensi soal jurnalis selalu menjadi sasaranku ketika masuk perpustakaan ataupun toko buku. Tahun 2004, rasa itu makin kuat.
Saat itu ada penerimaan menjadi announcer di sebuah radio anak muda di kota Manado. Memberanikan diri untuk melamar disitu, dalam hati berpikir siapa tau dari sini bisa menjadi batu loncatan. Ternyata saat itu aku gagal, tapi aku tak putus asa. Berbagai workshop jurnalis yang digelar Liputan 6 aku ikut, berbagai lomba pun aku ikuti, tapi memang belum beruntung hehehehehehehe....Dalam hati selalu ditanamkan bahwa "AKU HARUS MENJADI JURNALIS"...Tahun 2006 di gereja GBI Toar, ada teman yang ternyata seorang wartawan radio. Aku gak pernah tau kalo selama ini dia seorang wartawan. Hmm pikirku, wahhh kesempatan nih...aku bisa belajar banyak dari dia. Tapi saat itu pikiran teman² dekatku laen..Aku dan beberapa teman di pemuda berinisiatif untuk membuat buletin khusus pemuda. Awalnya hanya kami bertiga, temanku yang wartawan itu belum bergabung karena dia masih sibuk dengan pekerjaannya (yaa dan akhirnya kutahu betapa sibuknya kalau jadi wartawan hahahahaha)..
Dari sinilah aku mulai mengembangkan kemampuan menulis, kemampuan mewawancara orang hehehehehehe...saat melihat hasil karyaku, temanku yang wartawan itu ngomong kalau aku punya bakat, sayang kalo gak dikembangkan. Akupun jadi tambah bersemangat. Setiap hari selalu melihat koran lokal, mencari tahu teknik-teknik penulisan dari koran lokal tersebut dan apakah ada penerimaan menjadi wartawan. Sayang...untuk menjadi wartawan syaratnya haruslah Sarjana. Aku langsung bertekad untuk menyelesaikan sarjana...Februari 2008, koran paling tua di kota ini membuka lowongan menjadi seorang reporter. Kala itu, aku yang menjadi staf pengajar di Primagama mencoba memberanikan diri untuk mengirimkan lamaran ke redaksi koran tersebut. Ternyata aku dinyatakan lolos berkas dan harus mengikuti beberapa tes diantaranya tes tulisan dan tes kesehatan. Karena satu dan lain hal aku tak mengikuti tes kesehatannya. "Mungkin kali ini belum berjodoh" ucapku dalam hati.
Ya benar saja...selang dua bulan, sebuah media baru membuka lowongan untuk posisi yang sama. Aku mengirimkan lamaranku, sambil berharap semoga mendapat respon. Tiga hari kemudian, aku ditelpon untuk diinterview. Syukurlah interviewnya berjalan lancar. Rasa tidak percaya diri pun muncul. Bagaimana tidak, ratusan pelamar dan kebanyakan memiliki kenalan dengan media tersebut, atau mereka dari latar belakang jurnalistik. Empat hari sejak interview, ditelpon untuk mengikuti training sebagai wartawan....Yeah akhirnya....Dreams come true....Belajar banyak soal teknik-teknik penulisan dari para pemateri yang sudah berpengalaman, bahkan ada yang sudah lebih dari 15 tahun menggeluti profesi sebagai wartawan. Karena teknik penulisanku yang dianggap baik, aku ditugaskan untuk meliput aktifitas di seputaran Kejaksaan, Pengadilan....ya....dan akhirnya aku bergaul dengan yang namanya HUKUM. Hingga akhirnya karena alasan untuk mengembangkan karir, aku pindah dari media tersebut ke media yang memiliki brand lebih baik. Ya tentu saja, dengan management yang lebih baik pula. Di media yang baru, ternyata aku dikenalkan dengan gaya penulisan yang lebih baik lagi...
Ya....tiga tahun sudah aku bekerja sebagai seorang jurnalis di Tribun Manado...tetap belajar...belajar...belajar.....
So....jangan takut untuk bermimpi, percaya dan wujudkanlah mimpi itu....^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar