Sebuah rumah sederhana di Kelurahan Tolour, Kecamatan Tondano Timur dipenuhi warga berkumpul, mereka duka. Puluhan warga yang berkumpul di rumah papan yang berdiri diatas genangan air nampak sedih memperhatikan sesosok tubuh bayi mungil yang terbaring kaku di kasur.
SEBAGIAN besar dari mereka meneteskan air mata menahan haru melihat nyawa bayi kecil yang akan genap berusia dua tahun pada 25 September mendatang terbujur kaku. Tubuh kecilnya terlihat kurus dibalut selimut kecil berwarna biru. Wajah bayi mungil ini nampak tenang seolah bahagia lepas dari derita yang dialaminya sembilan bulan terakhir.
Zefanya Sarapung akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (9/9) di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sam Ratulangi Tondano, sekitar pukul 04.30 Wita. Saat itu, bayi mungil ini meninggal setelah berjuang melawan rasa sakit yang menderanya selama 10 hari sejak dirawat di rumah sakit tersebut.
Kisah pilu Zefanya bermula setahun lalu saat ayahnya meninggal dunia. Sejak saat itu, Zefanya yang baru berusia setahun lebih dibawah ibunya, Anita Lesar ke rumah kakek dan neneknya. Namun bukannya merawat sang buah hati, Anita malahan meninggalkan anaknya dan pergi keluar daerah dengan alasan bekerja. Sejak saat itu, Anita tidak pernah lagi datang melihat anaknya.
Kehidupan Zefanya yang dirawat kakek dan neneknya ini semakin sulit, karena kehidupan ekonomi mereka ternyata sangat sulit. Kakeknya hanya bekerja menjadi penambal ban yang penghasilanya sering tidak cukup untuk makan sehari‑hari.
Suatu ketika, Zefanya menderita sakit demam, namun karena tidak memiliki uang, bayi ini tidak dibawa ke dokter untuk mendapat perawatan. Bahkan bayi ini tidak pernah dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan kesehatan.
"Saya sangat sedih melihat bayi itu (Zefanya), karena tidak dirawat secara baik. Keluarga mereka beralasan tidak punya uang untuk berobat," ujar seorang warga yang tinggal dekat rumah kakek dan nenek Zefanya.
Martha, nenek Zefanya mengatakan, kehidupan keluarga mereka sangat sulit. Menurutnya, dia dan suaminya telah berupaya menjaga kesehatan cucunya, namun karena keterbatasan uang, mereka terpaksa harus memberi Zefanya makanan seadanya.
"Kami hanya bergantung dari hasil kerja suami saya yang tidak seberapa. Kami sebenarnya menginginkan yang terbaik untuk cucu kami, namun kami tidak berdaya karena tidak memiliki uang," ujar Martha.
Akibat kesulitan keuangan itu, kondisi kesehatan Zefanya terus menurun. Berat badannya bayi ini tidak bertambah, malahan semakin merosot. Kondisi ini terus terjadi selama berbulan‑bulan sampai akhirnya akhir Agustus silam, kondisi kesehatan Zefanya semakin merosot dan harus dibawa ke RSUD Sam Ratulangi Tondano.
Saat dibawa ke rumah sakit, berat badan Zefanya hanya enam kilogram, padahal usianya hampir dua tahun. Tubuhnya sangat kurus, sehingga sebagian besar tulangnya terlihat menonjol. Selama dirawat di rumah sakit, Zefanya hanya bisa menangis menahan sakit pada tubuhnya. Namun derita itu kini telah berakhir dan berganti duka bagi orang‑orang yang mencintainya.
Dalam rumah sederhana itu, Betty Politon (45), nenek Zefanya dari pihak ayahnya nampak berlinang air mata melihat cucu yang disayanginya telah meninggal. Seolah ada rasa bersalah dalam dirinya yang tidak bisa memperhatikan pertumbuhan cucu perempuannya itu. Dirinya berujar, awalnya mereka tidak mengetahui kalau Zefanya mulai menderita gizi buruk.
"Beberapa bulan terakhir saya selalu mengunjungi Zefanya di rumah kakek dan neneknya dari pihak ibu. Saya selalu membawa susu, makanan bayi, dan biskuit agar Zefanya bisa kembali sehat. Namun kenyataan berkata lain, karena bayi ini lebih dahulu dipanggil Tuhan," ujarnya.
Betty mengatakan, semua anggota keluarganya sangat kehilangan sosok bayi yang cantik dan ceria ini. Menurutnya, saat ini mereka hanya bisa menabahkan diri dan menerima kenyataan Zefanya telah meninggalkan mereka semua.
Berdasarkan keterangan Direktur RSUD Sam Ratulangi Tondano, dr Ani Suronoto mengatakan, Zefanya Sarapung meninggal karena infeksi akut pada perut balita tersebut.
Suronoto menjelaskan, pihaknya telah berupaya maksimal mengobati balita tersebut, namun kondisi infeksi yang terlalu parah dan kondisi badan yang terlalu kurus membuat upaya medis yang dilakukan tidak berdampak maksimal. Berat badan Zefanya saat dibawah ke rumah sakit hanya enam kilogram, padahal umurnya hampir dua tahun.
Kondisi tubuh Zefanya memang sangat memprihatinkan, karena tubuh mungilnya terlihat seperti kulit bungkus tulang. Hampir semua tulangnya terlihat menonjol keluar.
"Bayi itu menderita infeksi akut pada bagian perut. Infeksi ini dikarenakan gizi buruk yang telah berlangsung lama. Untuk membantu keluarga, kami mengratiskan semua biaya berobat semala di rumah sakit," ujar Suronoto.
=================================================================
Waktu membaca berita ini, dada serasa sesak...di tanah yang berlimpah berkat, tanah Minahasa ternyata masih ada juga bayi yang menderita gizi buruk. Orangtua sang bayi tak bisa memberikan gizi yang baik untuk anaknya karena kekurangan keuangan.
Sempat bertanya dalam hati, apakah program pemberian makanan tambahan yang sering dilakukan oleh Dinas Kesehatan, menyentuh hingga ke masyarakat bagian bawah? Atau jangan-jangan program ini hanya sekedar program, dananya dicairkan tapi tidak dilaksanakan.
Mari berdoa agar tidak ada lagi bayi di tanah Sulawesi Utara ini yang mengalami gizi buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar